Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, December 3

Rahasia Dua Lelaki

dari balik tabir, kudengarkan wanita itu bicara

mengisahkan pengalaman yang akan menjadi guru

***

“aku bertemu dua lelaki”, dia memulai cerita

dengan suara lembut, riang, sekaligus sendu

aku menerka demikian pula wajahnya

“kurasa dua-duanya mampu membuatku tak bisa menolak

jika mereka punya kehendak”

“oh ya?”, kudengarkan sambil dalam hati mengucap “Rabbi..”

***

“lelaki pertama berparas titisan yusuf,

hartanya warisan sulaiman, gagahnya serupa musa”

wanita itu berhenti, sejenak menghela nafasnya

aku menggigit bibir dan mendalamkan tundukku

***

“dan tahukah kau”, suaranya cekat kini,

“setelah bicara padanya, aku pulang terpesona

merasa telah berjumpa dengan lelaki paling rupawan

bercakap dengan insan paling bijaksana”

***

aku tak ingin tahu lebih banyak,

jadi kutanyakan padanya tentang lelaki kedua

dan sepertinya dia tersenyum

***

“seusai berbincang dengan lelaki kedua”, katanya

“aku pulang dengan bahagia, merasa penuh pesona

merasa menjadi wanita paling jelita

merasa diriku perempuan paling cendikia”

***

“jadi di antara mereka”, tanyaku sambil mengepalkan jemari

“siapa yang lebih tampan, siapa yang lebih mengagumkan?”

kurasa dia tersenyum lagi, menertawakanku barangkali

“laki- laki pertama lebih mencintai dirinya sendiri

dia bersukacita saat menebarkan pesona

dia bahagia ketika banyak hati memujanya”

***

“laki-laki kedua mempesona bukan karena dirinya

daya pikatnya ada pada perhatiannya, yang membuatku

merasa ada, merasa bermakna, merasa berharga”

***

“jadi”, aku menyimpulkan perlahan, “kaumemilih yang kedua?”

dia tersenyum lagi, “aku telah mendapatkan yang ketiga”

“laki-laki suci; yang memuliakanku dengan menikahiku

dia menjaga kesuciannya dengan pernikahan

dia menjaga pernikahannya dengan kesucian

dia berupaya untuk mempunya pesona lelaki pertama, tanpa mengumbarnya

dia belajar memiliki pesona lelaki kedua, untuk mengagungkan isterinya

meski jauh dari sempurna dia mengingatkanku pada sabda Sang Nabi;

sebaik-baik lelaki adalah yang paling memuliakan perempuan”

***

aku tersenyum kini, “tunggu, apakah engkau ini isteriku?”

***

salim a. fillah – www.fillah.co.cc

menjelang lima tahun pernikahan; terimakasih sayang;)

Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, November 28

Wanita Penghuni Surga

Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”

Aku menjawab, “Ya”

Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’

Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.

Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”

Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?

Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?

Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.

Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.

Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.

Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.

Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.

Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”

Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.

Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.

Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???

Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”

Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.

Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.

Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.

Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?

Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.

Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.

 

Dicopy dari: http://fathia27rhm.multiply.com/reviews/item/162

Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, November 27

Untuk Anak Gadisku

Gadisku sayang. Ayah sedih melihatmu berpakaian ala yahudi. Bercelana panjang, tetapi sangat ketat. Bertutup kepala tetapi tidak berjilbab. Ayah sedih, karena ayah ditegur Allah swt. “Pelihara dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Anak gadisku. Betul dikau bercelana panjang, tetapi kenyataannya malah memamerkan aurat karena terbungkus terlalu ketat. Alih-laih mau menutupi, malah memamerkan, bahkan , maaf, sampai ke ‘belah depan’ dan ‘belah belakang’.

Satu dari sekian tanda-tanda dunia dekat kiamat, kalau wanita berpakaian menyerupai lelaki dan sebaliknya. Sejak kapan gadis-gadisku memakai celana panjang? Untung anak-anak SMU dilarang pakai celana panjang. Kalau tidak, tentu bangkrut produsen rok.

Boleh bercelana panjang ketat, tetapi bungkus lagi dengan rok atau kain sarung, sebab celana panjang ketat itu adalah pakaian dalam. Maafkan ayah.

Ayah sedih mendengar kau merasa kecewa dengan teguran ayah.

Anak gadisku. Seluruh tubuhmu adalah perhiasan bagi dirimu dan bagi dunia. Islam melarang pamer perhiasan itu kepada siapapun, kecuali kepada lelaki yang sudah membaca syahadat dan berijab qabul dengan ayah. Tubuhmu sangat berharga, nak, sangat mulia dan terpelihara, itu sebabnya Islam menyuruh ditutup seluruh tubuh. Jangan sembarang pamer

Pakaian ketat lebih cenderung kepada aksi pamer daripada menutup tubuh, maafkan ayah.

Siapa salah? Tentu ayah yang salah. Maafkan ayah. Kesalahan yang dibiarkan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang dibiarkan akan menjadi tradisi. Tradisi yag dibiarkan akan menjadi adat. Adat adalah hukum yang tidak tertulis. Pada saat kita meluruskan kesalahan itu, orang bilang kita menentang adat dan melanggar tardisi.

Begitu hebatnya program yahudi menghgancrkan budaya Islam.

Ayah tidak memaksakan nasehat ini. Cuma ayah sedih, rupanya masih ada nasehat ayah yang tidak terpakai. Salam dan doa ayah.

pencerahanhati.com

Copas dari: http://hidayahseeker.multiply.com/journal/item/211/Untuk_Anak_Gadisku

Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, November 15

Agar Tak Dicintai??

-Agar Tak Dicintai-

Salah satu kebutuhan jiwa adalah penghargaan.

Mengharapkan penghargaan memang tidak baik.
Yang penting bagi kita adalah bersikap dan berprilaku yang pantas untuk dihargai.

Nah, pagi ini saya teringat dengan keluh kesah teman-teman, terutama wanita.
Mereka mengeluhkan pasangannya yang kurang setia. Padahal, wanita ini sudah banyak berkorban.

“Bagaimana saya tidak sakit hati, saya sudah setia, saya korbankan segalanya untuk dia, eh dia malah menyakiti hati saya.”

Bibi saya pernah menasehati saya.
Saya diajarkan untuk bersikap baik dalam menjalani kehidupan, bahwa ‘kalau kamu dihargai bukan karena apa-apa, tetapi kamu memang pantas dihargai.

Kamu tidak dinilai karena kepintaranmu, tapi karena kebaikan yang kamu lakukan.
Nanti, meskipun kamu sudah kaya, nilaimu bukan pada harta yang kamu miliki…”

Apa hubungannya dengan keluh kesah teman tadi?

Setelah saya mengamati, ternyata kebanyakan wanita yang berkeluh kesah itu rata-rata wanita yang cantik. Dan mereka begitu memperhatikan perawatan agar tetap cantik.

Nah, kecantikan itulah yang sebenarnya menjadi masalah.
Mereka mengandalkan kecantikan sebagai daya tariknya.
Yang lebih parah lagi, budaya kita bahkan budaya dunia, sedang mengarahkan wanita untuk berlomba-lomba menampilkan daya tarik fisiknya.

Kita dapat melihatnya setiap saat di sudut-sudut jalan, terpampang lewat iklan-iklan, terlebih di televisi.

Secara tidak langsung kita diberitahu bahwa “harga wanita” itu terletak pada daya tarik fisiknya.

Dan ternyata, budaya untuk menghargai fisik itu sudah bekerja pada kebanyakan laki-laki. Sudah bekerja dan berhasil.

Para lelaki bila melihat wanita lebih banyak ke sisi fisiknya, lebih spesifik lagi – maaf – ke sisi seks. Jadi tidak ada nilai lebih bagi wanita kecuali hal-hal yang tadi disebutkan.

Padahal, ketertarikan lelaki pada sisi fisik biasanya hanya berlangsung beberapa saat saja. Itulah mengapa, banyak wanita cantik yang ditinggalkan. Karena memang para lelaki cepat mengalami kebosanan.

Lalu, setelah lelaki itu tidak lagi melihat kecantikan -karena bosan – apa lagi yang hendak ia cari pada wanita itu? Tidak ada. Maka, mereka mencari wanita lain yang dianggapnya lebih cantik. Demikian seterusnya…

Maka sebenarnya, hubungan lelaki dan wanita dengan frame seperti di atas tidak berdasarkan landasan cinta. Tak ada cinta sama sekali.

Sesungguhnya para wanita yang mengandalkan daya tarik fisiknya tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka tidak dicintai.

**
Cinta itu hanya tumbuh lewat kebajikan. Pengorbanan. Ketulusan. Ketabahan.
Daya tarik fisik memang tidak dapat dikesampingkan, tetapi itu bukan hal yang utama. Itulah yang saya rasakan selama ini.

Kitalah yang sebenarnya tidak menghargai diri kita sendiri.

*Ini hanya pandangan pribadi.

Sumber:
http://ayash2000sastra.multiply.com

~abis nemu di sent item email lagi~

Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, November 15

Negeri Mimpi??

-Bahagia di Negeri Mimpi-

Ini pesan dari seorang anak bangsa yang dirundung masalah kerambutan:

Aku punya masalah dengan rambut.Entah mengapa, rambutku ini sering sekali rontok
Terkadang rontoknya hanya sehelai, terkadang dua helai, terkadang membentuk bola rambut yang cukup bersar untuk menghantam pin bowling.

Nah, percayakah Anda? Fakta terakhir aku menemukan bahwa kerontokan rambutku ini rupanya sangat berkaitan dengan hal yang lucu; mimpi.

Saat aku bermimpi buruk, rambut-rambutku akan lemas dan besoknya aku harus memunguti potongan rambut yang berserak di seprai. Tapi saat mimpiku baik, rambut cepakku akan berdiri tegak dan anggun hingga aku tidak perlu jel lagi.

Hingga suatu hari aku bermimipi,..

“Aku berdiri di suatu tempat yang sunyi, sesunyi Banda Aceh masa darurat militer pukul 12 malam, minus suara tembakan. Aku merasa sendiri, sangat sendiri. Lalu di kejauhan kulihat satu bayangan. Ah, suatu oase! Lalu saat mendekatinya, aku merasa takjub pada apa yang kulihat. Dan semakin lama semakin takjub.

Oh, rupanya oase ini seperti sebuah desa. Ada orang-orang berpakaian sederhana. batik dengan selendang menutupi kepala.Lalu mereka masuk ke surau-surau tiap suara adzan berkumandang. Saling menyapa dan bertutur sapa dengan ramah. Wajah mereka teduh, meski aku yakin bukan wajah malaikat. Tak ada kepulan asap rokok di warung-warung kopi yang kulewati. Dan tidak seperti lazimnya warung kopi di Aceh yang tak pernah sepi meski maghrib, warung disini sepi. Aku disana cukup lama, dan tak kudapati suara televisi. Aneh! padahal aku ingin menonton sinetron favoritku, yang dibintangi artis muda yang baru putus dengan pacarnya.

Lalu kuyakinkan diriku, ini mimpi.
Sebab aku tidak melihat adanya tanda-tanda adanya waktu. matahari tidak bergerak, dan aku tidak kelelahan, haus, dan lapar meski terus berdiri tanpa makan dan minum.

Hanya kebahagiaan di desa ini, membuatku tidak ingin beranjak.
Lama, aku disana.
Menyaksikan bocah-bocah keling menendang bola sepak, lalu memberi salam tiap ada orang lewat. Wajah mereka memancarkan kepolosan. Menyaksikan remaja-remaja menyusuri jalan dengan membawa kitab Hadits, lalu duduk di teras surau di depanku atau di pos kamling sebelah surau, lalu berbicara serius tanpa kepulan asap rokok. Menyaksikan orang-orang yang dipanggil Pak RT, Pak Lurah, Pak Camat tanpa embel-embel motor dan mobil berkilap. baju mereka sederhana, wajah bersih disiram air wudhu dan mereka setia duduk di shaf belakang jika telat pergi sembahyang. Aku juga menyaksikan ibu-ibu pulang dari pasar dengan langkah-langkah lebar, saling memberi nasihat kepada sesama. Tidak ada bisik-bisik gosip. Bahkan saat seorang ibu melangkah di depanku, kudengar dia berkata,

“Anak Pak Dahlan sakit, mari kita jenguk.”

Lalu bergegas pergi.
Aku terpana, meski ingat, bukankah ini mimpi?
Sebab dalam kenyataan, tidak ada kedamaian sebegini rupa. Yang ada hanyalah anak-anak muda bermata merah, mengepulkan asap seperti obat nyamuk bakar di pos ronda. Atau bapak-bapak pejabat menendang-nendang jamaah di depannya, minta shaf di depan. Atau anak kecil yang sudah tahu istilah ‘pacaran’, ‘ciuman’, sebab TV yang mendidik mereka.

Semua ini bukan di negeriku.

Betapa aku ingin tetap di sini. Dalam mimpi yang demikian nyata dan indah. Aku ingin menjelajahi desa ini. Melihat kantor camat, yang pastinya tidak ada orang yang membayar jasa pelicin, tidak ada pegawai culas yang menggantungkan stempel seperti memegang tumpukan besi. Aku juga ingin melihat kantor polisi, mungkin disana untuk mengurus SIM tidak harus bayar 150ribu. Juga gedung sekolah dimana iramanya adalah keikhlasan guru, karena jasa mereka dihargai oleh pemerintah yang tahu cara menghargai orang.

Lalu, bagaimana dengan puskesmasnya? pasti pelayanan disana ramah. Tiap orang dilayani dengan sabar tanpa gerutuan. Atau, mungkin disini ada rumah sakit? Pasti tidak ada malpraktik disana. Orang yang punya Askeskin akan mendapatkan kecepatan pelayanan sama seperti orang yang datang dengan Mercy.

Aku jadi teringat, bukankah aku mahasiswa? Mungkin daripada berdemonstrasi yang tidak jelas, aku bisa belajar lebih banyak. Seperti disini. Aku bisa mengirimkan surat kepada Presiden, agar tayangan seperti sinetron dihentikan saja, sebab tidak ada manfaatnya. Hanya menjual mimpi. Aku bisa bergabung dalam aksi “Sehari Tanpa TV”. karena kulihat di desa indah yang tidak punya TV ini masyarakatnya lebih baik. Tanpa TV, manusia bisa lebih survive dalam hidupnya, permikirannya…

Apakah disini ada pasangan hamil di luar nikah? Anak-anak jalanan? Korupsi? Aliran sesat? Kapak merah? Curanmor? Pelecehan di kendaraan umum? Pastinya tidak ada. Aku yakin, sebab tidak ada tayangan TV yang bisa memberi contoh buruk itu pada kepolosan penduduk negeri ini. Dan terutama, sebab tempat ini bukan negeriku.

Ya, aku bermimpi.

Saat aku ingin beranjak untuk berkeliling, siap menyaksikan negeri bahagia (bukan desa lagi), satu orang anak yang sedang bermain bola menghampiriku. AKu hampir tidak menyadari kehadirannya. Karena anak itu sangat kecil. Ia menepuk-nepuk tanganku dan berbicara dengan suara yang teramat halus, hingga aku harus menunduk untuk mendengarkan bisikannya.
“Kak, jangan pergi kemana-mana. Sebab tempat kakak bukan disini…”
entah kenapa, kakiku menjadi dingin. Dan wajah anak itu menjadi pucat, seperti di film-film horor. (maaf, tolong jangan ada yang menjerit dulu)
Maaf, apakah ada yang mendengar jeritan?
“AAAAA…!!!”
Negeri bahagia pun lenyap.”

Saat aku membuka mataku, pandanganku kabur. Seolah aku telah tidur lama sekali. Dan saat kulihat bantal,…
Tidak ada sehelai rambutpun disana.
Inikah mimpi yang sangat bahagia? (meski endingnya menyeramkan).
Dan untuk menegaskan kebahagiaanku, hari ini aku tidak keluar rumah dan menghidupkan televisi.
Dan caraku ini benar, sebab ketika besok aku menghidupkan televisi, maka kasus mutilasi mayat dalam koper memberiku kenyataan:
Bahwa negeri bahagia itu, bukan disini, dan bukan sekarang.
Dan kenyataan, merontokkan rambutku lebih dari mimpi. Sebab mimpi rupanya dapat lebih baik dari tayangan TV. Dan sekarang, aku nyaris tidak punya rambut.

“Pak, bu, dek, matikan dulu TV Anda.”

Penulis: Ade O ~ http://adee04.multiply.com/journal/item/114/Bahagia_di_Negeri_Mimpi

Posted by: Warna-warni Bumi | 2009, November 15

Kalau Hewan Punya Pesbuk =))

Santai sejenak….. …….

Seandainya hewan punya facebook, kira-kira begini bunyi update statusnya;

Anjing Pudel : Hari ini jadwalku ke salon; keramas, potong kuku, gosok gigi.
Anjing Golden Retriver : Asyiiik besok mau reuni teman-teman sekolah.
Si Herder pangkatnya apa ya sekarang ?
Anjing Herder : Sedeng tuh polisi, Kopral merintahin gue. Kagak tahu
apa pangkat gue, Kapten !

Nyamuk : Gile, barusan gw ngisap darah orang HIV, mana gw lagi bunting !

Kecoak : Syukuuur, nyaris aja aku kena injek.
Ayam : Teman-teman, kalau besok aku gak update, berarti aku sudah
dipotong. Mohon ma’af lahir bathin ya !

Kerbau : Segeeer, habis dimadi’in sama majikanku.
Kucing : Anakku yang ke-4 tanya siapa nama bapaknya. Bingung nggak
bisa njawab, aku sendiri gak tahu benih siapa yang jadi.

Luwak : Gile tuh manusia, kopi yang kecampuran tai gue, malah harganya mahal !

Cumi2 : Udah waktunya isi ulang tinta, nih !

Onta : Sebentar lagi aku akan kebanjiran job pemotretan !

Sapi : Busyet tuh manusia, meres susu gua kayak meres cucian baju aja !

Macan : Rusa yang makanannya rumput aja dagingnya enak, manusia yang
makanannya macem-macem rasa dagingnya kayak apa, ya Huh

Kambing : Duh Gusti, paringono hidayah marang majikan kawulo. Hari ini
majikanku membeli selang ukuran besar lagi, pasti dipakai untuk
nggelonggong aku dan teman-temanku kalau hendak dijual nanti. Manusia,
suatu sa’at nanti engkau harus merasakan bagaimana rasanya di
gelonggong !

boleh copas dari myqur’an.com

abis baca dari http://ketapelgaza.multiply.com/journal/item/278/KALAU_HEWAN_PUNYA_PESBUK

Older Posts »

Categories